Header Ads

Bagaimana Pola Asuh Anak Agar Tidak "Rapuh" Saat Dewasa


Kecemasan Pada Anak

Sebagai seorang anak, pasti memiliki banyak sekali rasa takut. Apakah itu takut dengan ular, serangga, atau suara yang keras, takut dengan dokter dan jarum suntik, dan lain sebagainya. Saya akan bercerita tentang diri saya yang ketika itu berumur enam tahun, saya memiliki phobia dengan dokter dan jarum suntik, ketika sewaktu vaksinasi, saya dipegang atau ditahan oleh orang tua saya dengan dua atau tiga orang dewasa untuk bisa mendapatkan vaksin tersebut.

Pada saat saya mulai masuk sekolah menengah, ketika itu saya adalah murid pindahan, ketika mau memperkenalkan diri, seisi kelas menertawakan dengan terbahak-bahak karena mereka lucu dengan aksen atau logat ketika saya berbicara. Kemudian saya pulang dan menangis, putus asa dan meminta pindah sekolah lagi sama orang tua. Rasanya seperti tidak mau kembali lagi ke sekolah itu. Saya ceritakan semuanya ke orang tua, orang tua saya mendengarkan dan  memberi tahu ke saya bahwa dia akan kesekolah untuk menanyakan perihal masalah saya, tetapi saya harus tetap masuk ke sekolah agar bisa mengisi catatan kehadiran/ absen yang bagus untuk bisa pindah. Menjelang selesainya permasalahan saya, pergi sekolah dengan rasa cemas, pulang sekolah dengan menangis. Itu yang terjadi pada saya selama beberapa hari. Setelah beberapa minggu berjalan, ketika di sebuah Halte bus, saya bertemu dengan seorang teman sama sekolah, dia memperkenalkan dirinya dan teman-temannya kepada saya dan saat itulah saya menjadi temannya, dan saya tidak jadi pindah sekolah. Inilah cerita saya saat itu.

Setelah tiga dekade terakhir, saya mencoba mempelajari kecemasan pada anak-anak seperti yang pernah saya alami. Bagi kaum muda, kecemasan adalah kondisi gangguan kejiwaan pada anak-anak. Gangguan ini dimulai sejak usia empat tahun hingga remaja, pada saat remaja satu dari dua belas remaja sangat terganggu kemampuaannya baik itu saat dirumah, disekolah, atau berteman dengan sebayanya. Anak-anak mengalami rasa takut, khawatir, secara fisik tidak nyaman dengan kecemasan mereka.

Ketika saya bertemu dengan banyak anak dengan tingkat kecemasan yang tinggi melalui pekerjaan saya saat ini, membuat saya teringat dengan kisah dulu saya, kemudian saya pulang dan mencoba untuk bertanya kepada orang tua saya. " Ayah, kenapa saat dulu, ayah selalu menahan aku ketika akan disuntik vaksin dan mencoba untuk memaksa aku? dan kenapa selalu menceritakan dongeng-dongeng untuk membuatku pergi kesekolah lagi sedang aku sangat khawatir akan dipermalukan lagi?"

Sedikit yang saya ketahui tentang orang tua saya, tetapi apa yang dilakukan Ayah saya ketika memberikan vaksin itu, sebenarnya bukan hanya sekedar memberikan saya suntikan vaksin saja, tapi juga menyuntikkan saya dari gangguan kecemasan seumur hidup. Kecemasan yang berlebihan pada anak-anak, akan berlipat ganda ketika mereka menjadi dewasa. Maka jika tidak diobati, kecemasan pada anak usia dini dapat menyebabkan depresi pada saat remaja. Sehingga mengakibatkan penyalahgunaan obat terlarang atau bahkan bunuh diri seperti kasus baru-baru ini yang terjadi.

Orang tua saya bukan seorang terapis apalagi seorang psikologis, yang orang tua saya tahu adalah kondisi ketika saat itu adalah kondisi yang membuat saya tidak nyaman tapi tidak membahayakan. Kecemasan saya yang berlebihan akan merugikan saya hingga jangka waktu yang panjang jika seandainya orang tua saya mencoba menghindarkan saya dari situasi yang saya alami dan tidak belajar dari apa yang terjadi dengan diri saya sendiri. Intinya orang tua saya, memberikan saya pelajaran untuk saya menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa ikut terlibat dengan permasalahan selagi itu tidak membahayakan saya.

Sebuah studi atau penelitian telah dilakukan oleh saya sendiri, seorang Psikolog dan kini saya berhasil menerbitkan sebuah buku yang populer yang diberi judul "You and Your Anxious Child". Saya adalah Anne Marie Albano. Saya telah melakukan studi atau penelitian kecemasan pada anak yang berusia tujuh tahun hingga tujuh belas tahun. Kami menemukan bahwa Pengobatan terhadap perilaku kognitif pada anak yang berfokus pada pengobatan inhibitor reuptake serotonin selektif aktif didapatkan hasil sebanyak 60% remaja atau anak-anak tersebut dirawat inap karena gangguan atau perilaku kecemasannya. Dan sebanyak 80% anak atau remaja tersebut kembali sehat selama 3 bulan, dan jika mereka tetap minum obat atau melakukan pengobatan seperti yang dilakukan saat melakukan penelitian, mereka tetap bisa sehat selama lebih dari satu tahun. Namun setelah pengobatan atau penelitian kami berakhir, kami kembali melakukan studi lanjutan dan kami menemukan banyak dari anak-anak tersebut kambuh seiringnya waktu. Dan terlepas dari pengobatan tersebut sebanyak 40% anak yang mengalami kecemasan tersebut, mereka tetap sakit sepanjang waktu. Dan kami para peneliti berhipotesis bahwa selama ini hanya berfokus atau intervensi pada anak-anak, tetapi mungkin ada sesuatu yaitu peran dari orang tua dalam hal pola asuh anak.

Para peneliti telah menunjukkan suatu hasil yang konsisten yang selama ini terjadi di zaman sekarang ini bahwa orang tua yang bermaksud baik, sering kali dengan tidak sengaja telah melakukan atau mengakibatkan kecemasan pada anak. Contohnya seperti ini, ketika anak anda yang berusia sekitar 5-7 tahun dirumah, datang kepada anda sebagai orang tua, kemudian bercerita hingga menangis dengan mengatakan "Tidak ada teman-teman disekolah yang menyukai bermain denganku, atau di sekolah banyak teman-temannya yang tidak mau berteman denganku atau lain sebagainya". Bagaimana perasaan anda ketika mendengar "curhatan" anak anda tersebut? Pastinya naluri anda sebagai orang tua mencoba untuk menghibur anak anda, menenangkannya, melindunginya dan mencoba memperbaiki situasi. Dengan cara mendatangi sekolah dengan memanggil gurunya, atau memanggil teman-teman yang menyakitinya,seolah-olah orang tua sudah ikut terlibat dengan permasalahan anaknya. Mungkin itu akan baik-baik saja ketika usiamu saat itu. Tapi apakah orang tua akan selalu ada untuk lima atau sepuluh tahun yang akan datang?

Untuk anak-anak, saat mereka berkembang dan tumbuh, mereka akan menghadapi situasi dan kondisi yang menantang, yang beresiko, memiliki banyak konflik. Maka ketika anak-anak tidak berani mengambil resiko dan situasi yang menantang untuk menyelesaikan suatu permasalahannya dan tidak bisa mengelola situasi yang mereka alami, maka akan mengakibatkan ketrampilan anak-anak untuk berkembang dari hari kehari, waktu ke waktu akan hilang. Ketrampilan untuk menenangkan diri atau kemampuan untuk menenangkan diri saat kesal, kemampuan menyelesaikan konflik dengan orang lain dan lain sebagainya. Hilang rasa percaya diri mereka. Inilah keterampilan yang akan berkembang pada anak-anak saat mereka berani mengambil resiko dan ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Jika orang tua adalah tokoh kunci bagi kehidupan awal anak, membantu mereka mengatasi ketakutan atau kecemasan, belajar bagaimana memecahkan suatu masalah, maka kemungkinan besar yang disebut dengan "Internal Coping Mecanisms" atau mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan dengan kategorinya berbicara dengan remaja lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi dll. Maka ketika orang tua menghadapi situasi yang demikian, yang harus dilakukan adalah pahami situasi dan tanyakan "situasi apa yang sedang dia hadapi?seberapa mengancam situasi terasebut bagi dia?dan apa pelajaran yang ingin didapatkan?

Tentu saja sangat sedih sekali melihat anak kita menderita, sebagai orang tua pasti ingin mencoba masuk dalam kehidupan permasalahannya dan mencoba mengobati luka yang dia alami, tetapi kecemasan yang berlebihan pada anak akan membuat sulit untuk menyelesaikan masalah sendiri dan kita orang tua seolah-olah meremehkan kemampuan anak kita. Jadi setiap masalah, kecemasan, ketakutan yang berulang-ulang dihadapi oleh seorang anak itu akan membentuk daya juang dan ketahanan dalam menghadapi setiap masalah.

Naluri orang tua dalam mengasuh anak adalah menghibur, melindungi anak-anak. Seorang psikiater Alfred Adler tahun 1930 memperingatkan kepada orang tua bahwa kita dapat mencintai seorang anak sebanyak yang kita inginkan, tetapi kita tidak boleh membuat anak itu bergantung pada kita. Latih anak sejak dini untuk berdiri dikaki nya sendiri.

                                                                                                                            Anne Marie Albano


Baca Juga : Peran Orang tua Terhadap Pengaruh Gadget Pada Anak

                    Perusahaan Susu Formula Bayi "Eksploitasi Ketakutan Orang Tua" Untuk Meningkatkan

                    Imun Tubuh Berkurang Karena Cuaca, Nyeri Pada Wajah, Waspadai Sinusitis

                    5 Tips Membantu Perkembangan Kesehatan Otak Anak

                    3 Suplementasi Yang Dianjurkan Untuk Diberikan Pada Anak-anak

No comments

Powered by Blogger.